jam
Sastra Budaya

Tentang Jam dan Pukul

Bagikan

Oleh : Cahyadi Takariawan

Episode 1, di Kereta Api

“Maaf Nak, kamu membawa jam tangan? Bapak mau tanya, sekarang sudah jam berapa ya?” tanya seorang lelaki tua kepada pemuda yang duduk di sampingnya dalam perjalanan dengan kereta api. “Oh, sekarang ini jam 21.00 Pak”, jawab pemuda setelah melihat jam tangan yang dikenakannya.

“Masih berapa jam lagi nanti sampai di stasiun tujuan Nak? Tanya lelaki tua. “Sekitar satu jam lagi Pak”, jawab pemuda.

Episode 2, di Instansi Pemerintah

“Pengumuman, rapat hari ini akan kita mulai tepat jam 09.00. Mohon semua staf sudah berada di ruang rapat pada jam 08.50. Patokan waktunya di jam dinding yang ada di depan ruang rapat”, demikian bunyi pengumuman di sebuah instansi.

“Rapat kita nanti kira-kita berlangsung berapa jam?” tanya seorang staf. “Paling lama satu jam”, jawab pimpinan.

Episode 3, Chatting di Grup Warga

“Mengharap kehadiran seluruh warga dalam Temu Warga RT 05 malam ini jam 20.00 – 23.00 di Balai RT”, demikian isi pesan Ketua RT di grup WA warga RT 05.

“Jadi pertemuan kita nanti tiga jam? Kok lama banget?” tanya seorang warga.

Kerancuan Penggunaan Kata Jam

Dalam tiga contoh di atas, kita mendapatkan penggunaan kata jam dalam konteks yang berbeda-beda. Dalam tradisi bahasa lisan, penggunaan kata jam sebagaimana yang saya contohkan di atas, sangat sering kita temukan. Kebanyakan masyarakat kita menggunakan kata jam untuk tiga konteks yang berbeda —padahal mengandung kerancuan dalam pemakaiannya.

Pertama, menggunakan kata jam untuk menyatakan benda penunjuk waktu, seperti pada kata jam tangan dan jam dinding. Kata jam dalam konteks ini bermakna benda penunjuk waktu alias arloji. Ini penggunaan yang benar.

Kedua, menggunakan kata jam untuk menyatakan waktu atau saat, seperti pada contoh, “Sekarang ini jam 21.00”, atau pada contoh “Rapat hari ini akan kita mulai tepat jam 09.00”. Kata jam dalam konteks ini bermakna saat atau waktu. Ini penggunaan yang tidak tepat atau tidak benar.

Ketiga, menggunakan kata jam untuk menyatakan masa atau lamanya waktu. Seperti pada contoh “Pertemuan warga malam ini akan berlangsung selama tiga jam”. Ini penggunaan yang tepat.

Membedakan Pemakaian Kata Pukul dan Kata Jam

Menurut Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud RI, kata jam dan pukul masing-masing mempunyai makna sendiri, yang berbeda satu sama lain. Hanya saja, sering kali pemakaian bahasa kurang cermat dalam menggunakan kedua kata itu, sehingga tidak jarang digunakan dengan maksud yang sama.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menjelaskan, kata jam menunjukkan makna ‘masa atau jangka waktu’, sedangkan kata pukul mengandung pengertian ‘saat atau waktu’. Dengan demikian, jika maksud yang ingin diungkapkan adalah ‘waktu atau saat’, kata yang tepat digunakan adalah pukul, seperti pada contoh berikut.

“Sekarang ini waktu telah menunjukkan pukul 21.00”.

“Rapat hari ini akan kita mulai tepat pukul 09.00”.

“Mengharap kehadiran Warga RT 05 dalam acara Temu Warga malam ini pukul 20.00 – 23.00”.

Sedangkan jika yang ingin diungkapkan itu ‘masa’ atau ‘jangka waktu’, kata yang tepat digunakan adalah jam, seperti pada contoh kalimat berikut.

“Pertemuan warga malam ini akan berlangsung selama tiga jam”.

“Kita akan sampai di stasiun tujuan sekitar satu jam lagi”.

“Saya telah menunggu di ruang rapat hampir satu jam, namun belum ada yang hadir”.

Selain digunakan untuk menyatakan arti ‘masa’ atau jangka waktu’, kata jam juga berarti ‘benda penunjuk waktu’ atau ‘arloji’, seperti pada kata jam dinding atau jam tangan. Perhatikan contoh pemakaian ketiganya, dalam kalimat berikut.

“Setelah saya lihat jam dinding, ternyata sekarang sudah pukul 21.00. Berarti saya sudah berdiri di sini selama satu jam lamanya”.

Demikianlah cara menggunakan kata jam dan pukul. Semoga bermanfaat.

Sumber Rujukan

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud RI, http://badanbahasa.kemdikbud.go.id

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: