terluka
Sastra Budaya

Menciptakan Karya, Harus (Berani) Terluka

Bagikan

Oleh : Cahyadi Takariawan

Suatu ketika Imam Abu Ja’far Muhammad bin JarIr Ath-Thabari (wafat 310 H) bertanya kepada sahabat-sahabat beliau,  (هل تنشطون لتاريخ العالم من آدم إلى وقتنا) “Apakah kalian bersemangat untuk mencatat sejarah dunia dari zaman Nabi Adam sampai sekarang ini?”

Mereka menjawab,  “Berapa banyak?”

Imam Ath-Thabari menjelaskan, (نحو ثلاثين ألف ورقة) “Sekitar 30.000 halaman”.

Sahabat-sahabat beliau pun kaget dan berkata,  (هذا مما تفنى الأعمار قبل تمامه) “Ini akan menghabiskan usia kita sebelum kita menyelesaikannya”.

Mendengar keluhan ini, Imam Ath-Thabari menjawab,  (إنا لله ماتت الهمم) “Inna lillah! Sungguh semangat telah padam!”

Akhirnya beliau meringkas buku sejarahnya menjadi 3.000 halaman.

Suatu saat beliau menyampaikan hal yang sama untuk mencatatkan tafsir, mereka juga merasa berat, sehingga akhirnya beliau mendiktekan tafsir sebanyak 3.000 halaman.

Beliau adalah penulis kitab Jami’ul Bayan ‘an Ta’wilil  Ayil Qur’an atau lebih dikenal dengan sebutan Tafsir Ath-Thabari. Sungguh luar biasa semangat beliau dalam menuliskan ilmu, sehingga dengan berbagai keterbatasan sarana pada waktu itu, rata-rata beliau menulis dalam sehari 40 lembar. Luar biasa.

Sudahkah Anda Terluka?

Beberapa peserta Kelas Menulis Online (KMO) Alineaku dan Wonderful Writing Class (WWC) menyampaikan pertanyaan tentang sulitnya memulai menulis. Saking sulitnya menulis, sampai akhirnya mereka merasa lelah dan selalu berakhir dengan menutup laptop atau gadget —tanpa menghasilkan tulisan apapun. Saya hanya bisa berkomentar, “Innalillahi, sungguh semangat telah padam” —seperti komentar Imam Ath-Thabari.

Kita tidak diminta menulis sampai 30.000 halaman, sebagaimana tantangan Imam Ath-Thabari kepada para sahabat beliau. Paling-paling kita hanya ditantang untuk belajar menulis artikel sekitar 1.000 sampai 5.000 karakter dengan program MSWord, dan diposting di medsos masing-masing. Ini masih menulis yang sederhana, dengan tema yang sesuai minat dan kecenderungan masing-masing pula. Tidak dipaksakan untuk menulis dengan tema dan judul tertentu.

Kita tidak diminta menulis sejarah sejak Nabi Adam sampai zaman kita hidup saat ini. Kita hanya belajar menulis apa yang kita ketahui, atau apa yang menjadi konsentrasi sehari-hari. Sangat sedikit dan sangat sempit. Bukan medan pembahasan yang luas, sepert sejarah manusia sejak nabi Adam. Jadi, tantangan kepada kita untuk menulis ini masih teramat sangat sederhana dan ringan.

Jika mencontoh Imam Ath-Thabari terasa sangat jauh dan tak terjangkau, saya mengajak Anda untuk mengambil pelajaran dari seorang penulis yang hidup di zaman kita. Namanya Damhuri Muhammad, kegigihan dia dalam menulis memberi sangat banyak pelajaran kepada kita, bahwa menulis itu tidak boleh menyerah. Saat ini tulisan Damhuri sering muncul di Kompas, baik berupa cerpen maupun opini. Namun ia harus rela berjuang 11 tahun sampai tulisannya lolos di Kompas.

“Saya mengirim cerpen sejak tahun 1994 dan baru tembus tahun 2005. Membuat cerpen itu harus terluka dulu,” ujar Damhuri.

Mari kita garis bawahi kalimat Damhuri, “Membuat cerpen itu harus terluka dulu”. Tentu saja, ini bukan hanya menulis cerpen, namun berlaku untuk semua jenis tulisan yang ingin dipublikasikan luas. Jika dibuat pernyataan yang lebih umum, “Membuat karya tulis itu harus terluka dulu”. Apalagi, “Membuat karya tulis berkualitas itu harus terluka dulu”. Sayang sekali jika Anda belum terluka, namun sudah menyerah. Mana semangat Anda, mana tekad Anda, mana gairah Anda, mana jati diri Anda? Innalillahi, sungguh semangat telah padam.

Banyak orang menyatakan, Anda harus siap menghadapi pahitnya penyesalan, jika tidak mau menghadapi pahitnya pembelajaran. Maka hadapi pahitnya, nikmati lukanya, resapi kesulitannya, tempuh jalannya. Anda pasti bisa.

Bahan Bacaan

Abul Muamar, Benarkah Menulis Itu Bakat? www.geotimes.co.id, 7 April 2018

Syaikh Shalih ‘Abdil ‘Aziz Sindi, 11 Cara Efektif di Dalam Mencatat Ilmu, Penerjemah  Abu Salma Muhammad Rachdie, Al-Wasathiyah wal I’tidal Digital Publishing, 2017 (Ebook)

5 Komentar

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: